Shelter (Bivak)

Jumat, 10 Desember 2010

 Shelter (Bivak)

Bivak adalah tempat perlindungan sementara dari dalam keadaan kritis atau darurat dalam suatu perjalanan atau pengembaraan. Tujuan membuat perlindungan adalah nyaman dalam keadaan darurat untuk melindungi dari faktor alam dan lingkungan.
hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan bivak:
• Usahakan dirikan bivak di daerah yang datar
• Perhatikan arah mata angin
• Bagian yang berlubang pada bivak letakan dalam posisi bersilang dengan arah mata angin
• Jangan mendirikan bivak di daerah yang cekung
• Jangan mendirikan bivak di dekat aliran sungai, tapi harus dekat dengan sumber air.
• Jangan dirikan bivak di dekat pohon yang sudah mati walaupun ia masih berdiri tegak
• Bivak jangan sampai bocor
• Jangan telalu merusak alam sekitar
• Terlindung langsung dari angin
• Bukan berada dilintasan binatang buas

ada beberapa macam bahan pembuatan bivak.Secara garis besar di bagi menjadi 2 yaitu :
1. bivak alam : pohon (pucuk), daun-daun, gua (lubang)
2. bivak moderen (ponco)
jenis-jenis bivak yang dapat dibuat :
1. Bivak standart adalah bivak yang dengan tali diikat dan di rentangkan antara dua pohon pada sisisnya kemudian di atasnya ditaruh parasut.
2. Bivak sisi terbuka yaitu dengan cara meronpakkan batang-batang kayu dan daun-daun pada sisinya yag masih terbuka di atasnya. Daun-daun, ranting-ranting kecil di gunakan agar bivak hangat.

Read more...

Ambalan

Senin, 30 Agustus 2010

Ambalan Penegak
mbalan Penegak atau sering hanya disebut ambalan adalah satuan organik dalam Gerakan Pramuka yang terdiri atas paling banyak 40 orang Pramuka Penegak. Ambalan Penegak dibagi dalam 4 sangga yang masing-masing sangga terdiri atas 5 - 10 orang Pramuka Penegak. Ambalan Penegak merupakan tempat pembinaan Pramuka berusia 16 sampai 20 tahun yang disebut Pramuka Penegak.
Gerakan Pramuka menghimpun anggotanya dalam satuan dan kwartir. Satuan terdepan dalam pembinaan peserta didik adalah Gugusdepan. Dalam Gugusdepan yang lengkap terdapat Perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak dan Racana Pandega. Namun jika tidak memungkinkan, sebuah gugusdepan boleh hanya memiliki salah satu satuan saja semisal Ambalan Penegak.
Pembentukan ambalan ini bertujuan untuk memudahkan penghimpunan, pengelolaan, penggerakan dan pengarahan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan Pramuka Penegak untuk mencapai tujuannya.

Ketentuan umum

  • Ambalan terdiri dari paling banyak 40 orang Pramuka Penegak.
  • Ambalan Penegak putra terpisah dengan Ambalan Penegak putri.
  • Ambalan terdiri dari satuan-satuan kecil yang dinamakan “Sangga” yang masing-masing terdiri dari 5 sampai 10 orang Pramuka Penegak.
  • Pembentukan sangga dilakukan oleh Pramuka Penegak sendiri, dan bila diperlukan dapat dibantu oleh para Pembina dan Pembantu Pembina Pramuka Penegak.

Kepemimpinan

  • Ambalan dipimpin oleh seorang Pembina Penegak dibantu dua orang Pembantu Pembina. Pembina Penegak sedikitnya berusia 26 tahun sedang Pembantu Pembina sedikitnya berusia 26 tahun.
  • Pembina dan Pembantu Pembina Penegak putra harus dijabat oleh pria sedang Pembina dan Pembantu Pembina Penegak putri harus dijabat oleh Wanita.
  • Tiap sangga dipimpin oleh seorang Pimpinan Sangga (Pinsa) yang dibantu oleh seorang Wakil Pemimpin Sangga. Pinsa dan Wapinsa dipilih dari dan oleh anggota sangga yang bersangkutan.
  • Oleh dan dari para Pemimpin Sangga dipilih seorang untuk melaksanakan tugas di tingkat ambalan yang disebut Pemimpin Sangga Utama dipanggil Pradana.

Anggota Ambalan Penega

Anggota Ambalan Penegak terdiri atas:
  • Tamu Penegak
Tamu Penegak adalah seorang Pramuka Penggalang yang karena usianya dipindahkan dari Pasukan Penggalang ke Ambalan Penegak, atau pemuda yang berusia 16 tahun sampai dengan 20 tahun yang belum pernah menjadi anggota Gerakan Pramuka. Lamanya menjadi Tamu Penegak paling lama 3 (tiga) bulan. Selama menjadi Tamu Penegak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan adat-istiadat yang berlaku di Ambalan tersebut. Bagi anggota Ambalan lainnya diberi kesempatan untuk mengenal dan menilai Tamu Penegak tersebut.
  • Calon Penegak
Calon Penegak ialah Tamu Penegak yang dengan sukarela menyatakan diri sanggup mentaati peraturan dan Adat Ambalan dan diterima oleh semua anggota Ambalan untuk menjadi anggota Ambalan tersebut. Lamanya menjadi Calon Penegak sedikitnya 6 (enam) bulan.
Perpindahan status dari Tamu Penegak menjadi Calon Penegak dilaksanakan dengan upacara sederhana dan dialog yang mengandung pendidikan bagi segenap anggota Ambalan tersebut.
Hak dan kewajibann calon Penegak, antara lain :
  1. Tidak mempunyai hak suara dalam musyawarah.
  2. Mempunyai hak bicara dalam diskusi, pertemuan dan musyawarah.
  3. Harus mengikuti acara Ambalan yang bersangkutan.
  4. Berkewajiban menyelesaikan SKU tingkat Penegak Bantara.
  5. Berkewajiban ikut menjaga dan mengembangkan nama baik Ambalannya.
Setiap Calon Penegak dibina oleh dua orang Penegak Bantara/Laksana dari Ambalan yang bersangkutan.
  • Penegak
Yang terdiri atas:
  1. Penegak Bantara, yaitu Pramuka Penegak yang telah menyelesaikan Syarat-syarat Kecakapan Umum Penegak Bantara
  2. Penegak Laksana, yaitu Pramuka Penegak yang telah menyelesaikan Syarat-syarat Kecakapan Umum Penegak Laksana

Dewan Penegak

Untuk mengembangkan kepemimpinan di ambalan, dibentuk Dewan Ambalan Penegak, yang disingkat Dewan Penegak. Dewan Penegak dipimpin oleh seorang ketua yang disebut Pradana dengan susunan sebagai berikut:
  • Seorang ketua yang disebut Pradana.
  • Seorang wakil ketua.
  • Seorang sekretaris yang disebut kerani.
  • Seorang Bendahara.
  • Seorang Pemangku Adat.
Kegiatan, kewenangan, tugas dan mekanisme Dewan Penegak antara lain:
  • Tugas Dewan Ambalan merencanakan dan melaksanakan program berdasarkan Keputusan Musyawarah Penegak.
  • Masa bakti Dewan Ambalan adalah satu tahun.
  • Musyawarah Penegak dilaksanakan sedikitnya 1 (satu) tahun sekali yang dihadiri oleh seluruh anggota Ambalan dengan acara:
  1. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
  2. Merencanakan kegiatan ambalan yang akan datang.
  3. Membicarakan adat istiadat ambalan.
  4. Memilih pengurus Dewan Ambalan masa bakti berikutnya.
  5. Apabila diperlukan, Ambalan dapat membentuk Sangga. Dalam melaksanakan tugas, Dewan Ambalan dapat membentuk Sangga Kerja.

Dewan Kehormatan

U
ntuk menyelesaikan masalah yang menyangkut kehormatan anggota, maka dibentuk Dewan Kehormatan Penegak yang disingkat Dewan Kehormatan dengan anggota yang terdiri atas:
  • Anggota Dewan Ambalan Penegak
  • Pembina dan Pembantu Pembina Penegak (sebagai penasehat)
Dewan Kehormatan Penegak mempunyai wewnang dan kewajiban untuk menentukan:
  1. Pelantikan, pemberian TKK, tanda penghargaan dan lain-lain kepada Pramuka Penegak yang berjasa atau berprestasi.
  2. Pelantikan Pemimpin dan Wakil Pemimpin Sangga serta Pratama.
  3. Tindakan terhadap pelanggaran kode kehormatan.
  4. Rehabilitasi anggota Ambalan Penegak.
  5. Anggota yang dianggap melanggar sebelum diambil tindakan diberi kesempatan untuk membela diri dalam rapat Dewan Kehormatan.

Read more...

Salam Pramuka

SALAM PRAMUKA
Salam (Penghormatan) wajib dilakukan bagi semua anggota Pramuka.
Salam adalah suatu perwujudan dari penghargaan seseorang kepada orang lain atau dasar tata susila yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Fungsi Salam Pramuka.
Salam untuk melahirkan disiplin, tata tertib yang mewujudkan suatu ikatan jiwa yang kuat ke dalam maupun ke luar, yang hanya dapat dicapai dengan adanya saling menyampaikan penghormatan yang dilakukan secara tertib, sempurna dan penuh keikhlasan.
Dalam menyampaikan salam, baik yang memakai topi atau tidak, adalah sama yaitu dengan cara melakukan gerakan penghormatan.
Salam Pramuka digolongkan menjadi 3 macam :
  1. Salam Biasa.
Yaitu salam yang diberikan kepada sesama anggota Pramuka.
2.Salam Hormat.
Yaitu salam yang diberikan kepada seseorang atau sesuatu yang kedudukannya lebih tinggi.
3.Salam Janji.
Yaitu salam yang dilakukan ketika ada anggota Pramuka yang sedang dilantik (Dalam pengucapan janji yaitu Tri Satya atau Dwi Satya)
Untuk Salam hormat diberikan kepada :
  1. Bendera kebangsaan ketika dalam Upacara.
  2. Jenasah yang sedang lewat atau akan dimakamkan.
  3. Kepala Negara atau wakilnya, Panglima tinggi, para duta besar, para menteri dan pejabat lainnya.
  4. Lagu Kebangsaan.
Sekian dan Salam Pramuka !

Read more...

Struktur Organisasi Gerakan Pramuka

Struktur Organisasi Gerakan Pramuka

Image
 Struktur Organisasi Gerakan Pramuka setelah disempurnakan 
Image

Read more...

PPTA 2010-2011

Kamis, 26 Agustus 2010




PPTA
PPTA adalah singkatan dari Perkemahan Penerimaan Tamu Ambalan,Di SMA N 1 Pecangaan berdiri sebuah Ambalan Pramuka Candra Birawa - Padma Pertiwi,salah satu tugas dari ambalan tersebut adalah melaksanakan kegiatan PPTA.Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Tanggal 17-18 Juli 2010 bertempat di SMA N 1Pecangaan,dengan ketua panitia Yusuf Echa Dwi Septian.Acara tahunan ini dihadiri oleh Kak Hery Purwanto,Kak Supriyadi,Kak Robikhan,kak Supriharno,kak Bambang,Kak Agus,Kak hupoyo,Kak Bakti,Kak Arif,Dewan Ambalan,Purna Ambalan dan sejumlah anggota Kapas (Keluarga Alumni Pramuka SMA N 1 Pecangaan)  
PPTA diawali dengan upacara pembukaan yang dilaksanakan pukul 14.00 WIB.adapun susunan upacara adalah masuknya pemimpin upacara ke lapangan,penghormatan kepada Yosep Aditya selaku Pemimpin upacara,dilanjutkan laporan masing-masing kompi oleh Nurul Mbin dan Linda Anjarsari Dan juga pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Erliza,Agus dan Sahab,Ka.Mabigus H.Hery purwanto selaku Pembina upacara  pun mendapat giliran untuk memasuki lapangan upacara,dilnjutkan pengucapan Pancasila oleh M.Bagus .F ,UUD 1945 oleh Dwi Indah dan Dasa Dharma oleh LIna Sofiyanah,Pembacaan laporan kegiatan juga gak kalah menarik loh,,Selanjutnya Pak hery memberikan amanat kepada Peserta yang salah satunya tertuang pada kata "AKU BISA"Bisa dalam menjalani setiap persoalan,amanat diakhiri dengan penyematan tanda peserta dan pembukaan kegiatan secara resmi dengan adat pecah kendi yang disambut meriah oleh Adik-adik kelas X selaku peserta PPTA,acara yang paling skral adalah pada saat pengucapan adat ambalan dengan membuka keris dari sarungya olae Muhlisin,pada saat akhir pengucapan adat ambalan hujan tak kuasa untuk turun mengguyur SMA N 1 Pecangaan.Namun demikian Upacara tetap dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri dan Hymne Pramuka yang didirijeni oleh Ro'si Nadhiroh,Upacara pun ditutup dengan do'a oleh Musyafi'i dan juga laporan Lisa Yuni Ningtias selaku pengatur upacara kepada Kak Hery.Upacara selesai dan semua peserta upacara bergegas menuju camp karena hujan mulai lebat.     
Kegiatan PPTA sendiri berjalan lancar meskipun banyak kendala menghadang.Namun,dengan improvisasi  Dewan Ambalan Kegiatan PPTA dapat berjalan.Di dalam PPTA adik-adik kelas X dididik dan dibimbing dalam hal kedisiplinan,kekompakan,kebersamaan,kreatifitas dan masih banyak lagi.
Kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada adik-adik antara lain pengenalan tentng pramuka,adik-adik disuguhi berbagai pengetahuan tentang kepramukaan yang dibimbing ole Kak Supriharno, adik-adik yang awal mulanya tidak tahu bahkan sama sekali tidak kenal dengan pramuka menjadi tahu dan kenal.Selain itu kegiatan PBB(Pemanfa'atan Barang Bekas) yang dilaksanakan di depan Ruang kaca berjalan kondusif,disini adik-adik menunjukkan seluruh kemampuan dan kreatifitasnya masing-masing.
Acara selanjutnya adalah Upacara api unggun yang sangat-sangat menyita banyak perhatian,acara yang penuh khidmat ini dilanjutkan dengan pentas seni di bawah komando Kak Agus,Kak Robikhan,Dewan Ambalan,Purna Ambalan dan juga Alumnus yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Selanjutnya adik-adik dipersilakan untuk berlayar menuju pulau kapuk,Adik-adik harus sedikit merelakan waktu untuk kegiatan penjaringan anggota pramuka yang di laksanakan pada pukul 03.00 dini hari.
Dengan rasa semangat bercampur lelah adik-adik melaksanakan kegiatan bhakti sosial di lanjutkan sarapan pagi,setelah puas mengisi tenaga adik-adik berlanjut pada kegiatan Racing,disini adik-adik akan menjumpai 4 pos antaranya pos pemberangkatan,pos LBB,pos halang rintang,pos KIM dan pos Sharing.Kegiatan yang menggembirakan sekaligus menguras tenaga ini akhirnya ditutup dengan upacara penutupan kegiatan oleh Kak Supriyadi selaku Pembina Pramuka dan dibarengi dengan penyerahan sumbangan kepada Panti asuhan Aisyah dan Panti asuhan NU Purwogondo.

Read more...

Montenering

Minggu, 15 Agustus 2010

PENDAHULUAN
Mendaki gunung bukan olah raga biasa. Setidaknya setiap pendaki gunung harus cukup mentalnya, mempunyai ketrampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Hal ini karena tantangan yang dihadapi mempunyai kualitas tersendiri. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri sendiri dalam bersekutu dengan alam keras. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Sejak dua abad yang lalu, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal dan digemari oleh manusia. Dimulai sejak manusia harus melintasi bukit-bukit atau pegunungan, baik semasa peperangan maupun ketika melakukan tuntutan kehidupannya. Seperti yang dilakukan oleh Hanibal, panglima kerajaan Kartago, atas Pegunungan Alpen yang bersejarah. Atau petualangan yang dilakukan oleh Jengis Khan yang melintasi Pegunungan Karakoram dan Kaukasus untuk menuju Asia Tengah.
Dalam bentuknya seperti sekarang ini, pendakian yang gemilang untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 1786, ketika Dr. Paccard dan seorang pemandu Balmant berhasil mencapai Puncak Mount Blanc (4807 m), yang maksudnya sebagai pengamatan ilmiah.
Babak berikutnya, puncak-puncak Pegunungan Alpen mulai dijajagi oleh penggemar olah raga mendaki gunung, dan semakin populer setelah Sir Alfred Willis beserta kawan-kawannya pada tahun 1854 berhasil mencapai Puncak Watterhorn (3708 m). pendakian itu merupakan abad emas Alpinisme dan merupakan cikal bakal terbentuknya perkumpulan pendaki gunung tertua di dunia, British Alpine Club (1857).
Kemudian Edward Whymper, seorang pelukis Inggris memimpi pendakian ke Matterhorn (4478 m) pada tahun 1865. Pendakian tersebut dimaksudkan untuk membuat lukisan Pegunungan Alpen. Tetapi tragis, ketika mereka turun setelah keberhasilannya, tali pengaman putus sehingga merenggut 4 jiwa dari 7 anggota kelompoknya. Setelah pendakian yang penuh tragedi itu, mulailah para pendaki gunung mencoba mencapai puncak-puncak lainnya.
Ketika puncak-puncak Pegunungan Alpen sudah sering didaki, para pendaki mulai mencari puncak lainnya, dan mengalihkan pilihan pada Pegunungan Himalaya. Sekelompok pendaki gunung Perancis, pada 1950 berhasil mencapai Puncak Annapurna I (8078 m). prestasi ini mendorong minat Kolonel John Hunt untuk memimpin ekspedisi mencapai Mount Everest (8848 m), puncak tertinggi di dunia yang ditemukan pada 1852 oleh Sir Andrew Vaugh (mengambil nama Everest untuk menghormati gurunya Sie George Everest).
Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, akhirnya Mount Everest dapat dicapai oleh Edmund Hillary dari Selandia Baru dengan bendera Inggris, Nepal, dan PBB bersama seorang pemandu dari Nepal Tenzing Norgay pada tanggal 29 Mei 1953.
Di Indonesia, pada tahun 1909 – 1911, suatu ekspedisi persatuan ahli-ahli burung dari Inggris menembus rimba Irian dari arah Selatan, menuju gugusan pegunungan salju Jayawijaya. Mereka tinggal selama 16 bulan, tetapi kembali dengan kegagalan.
Ekspedisi Van der Pie pada tahun berikutnya mengambil arah dari sebelah Timur, dan juga mengalami kegagalan. Tahun 1912, Dr. Walaston dengan jalur Utara Lembah Itakwa berhasil mencapai ketinggian 3000 meter, namum belum berhasil mencapai Puncak Cartenz Pyramide. Ekspedisi berikutnya lebih berhasil di bawah pimpinan Dr. A. H. Colijin, mencapai Puncak NggaPulu (4862 m) di dinding Utara gletser es Puncak Jaya pada tahun 1936.
Pendakian itu membuka lembaran sejarah baru bagi pendakian di Indonesia. Tetapi lama setelah itu, ekspedisi dari Selandia Baru di bawah pimpinan Henrich Harreu pada 1962 berhasil mencapai puncak bersalju Cartenz Pyramide (4884 m). Tanggal 1 Maret 1964, Sugirin, Soedarto dan Fred Athaboe bersama Tazuke dan kawan-kawannya dari Jepang yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih berhasil mencapai Puncak NggaPulu yang kemudian diberi nama Puncak Soekarno di pegunungan tengah Jayawijaya.
Masih di tahun yang sama pada bulan Mei, Wanadri di Bandung diresmikan sebagai perkumpulan penempuh rimba dan pendaki gunung, dan Mapala UI di Jakarta di penghujung tahun yang sama. Dan secara serempak kemudian bermunculan perkumpulan lainnya serupa di berbagai kota di bumi.

Jenis-jenis Pendakian/Perjalanan
Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti yang sering kita dengar adalah istilah mountaineering atau istilah serupa lainnya. Istilah yang keren itu membuat kita tersipu, karena artinya begitu luas, misalnya mencakup pengertian perjalanan mulai melintasi bukit hingga melakukan ekspedisi ke Himalaya.

Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :
1. Hill Walking/Feel Walking

  • Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian. Hal utama adalah jalur pendakian sudah tersedia. Perjalanan ini dapat memakan waktu sampai beberapa hari, sehingga ketrampilan memilih tempat berbivak sangat diperlukan, atau kadang-kadang sudah tersedia.
  • Contoh : perjalanan ke puncak Gunung Gede.
2. Scrambling
  • Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan. Untuk pemula, tali kadang-kadang harus dipasang untuk pengamanan dan mempermudah gerakan.
  • Contoh : perjalanan di sekitar puncak Gunung Gede jika melalui jalur Cibodas. Tali dipasang selain sebagai pengaman, juga untuk mempermudah perjalanan ke puncak.
3. Climbing
Dikenal sebagai suatu perjalananpendek yang umumnya tidak memakan waktu lebih dari 1 hari, hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan. Bentuk climbing ada dua macam :
  • Rock Climbing; Pendakian pada tebing-tebing batu atau dinding karang. Jenis pendakian ini akan diuraikan lebih lanjut, karena jenis pendakian inilah yang umumnya ada di daerah tropis.
  • Snow and Ice Climbing; Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampon, dan lain-lain.

4. Mountaineering
Merupakan gabungan perjalanan dari semua bentuk pendakian di atas. Bisa memakan waktu berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan. Di samping pengetahuan teknik mendaki dan pengalaman mendaki, perlu juga dikuasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, dan lain-lain. Contoh : ekspedisi ke Himalaya.

TEKNIK DASAR PENDAKIAN/ROCK CLIMBING

A. Teknik Mendaki
Teknik memanjat pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak, dan dapat bertahan lama (tidak melelahkan). Dengan demikian kita dapat melakukan pendakian dengan tepat, aman, dan sedapat mungkin cepat.
Stabilitas atau keseimbangan kedudukan badan muncul sebagai hasil hubungan antara berat badan dan gaya tumpuan atau pegangan yang ada pada permukaan tebing. Pengaturan letak badan, gaya tumpuan dan pegangan menentukan kestabilan yang diperoleh. Peluang gerak untuk mendaki lebih lanjut ditentukan oleh kemampuan menempatkan tubuh pada tempat yang cocok untuk kondisi medan yang dihadapi.
Pada umumnya dinding tebing terdiri dari bermacam cracks dan ledges. Karena pengaruh iklim, suhu, angin, serta faktor lainnya, dinding tebing mengalami kontraksi dan ekspansi yang menyebabkan munculnya celah mulai dari yang kecil/sempit sampai yang panjang/lebar. Dinding sering mengalami erosi sehingga mengalami kekasaran dan ketidakrataan permukaan. Kekasaran dan ketidakrataan ini dapat dipergunakan sebagai tumpuan/injakan maupun pegangan. Karena bermacamnya kondisi permukaan tebing ini, maka teknik memanjat dikelompokkan berdasarkan tiga kategori umum. Pengelompokkan ini sesuai dengan bagian tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan.

1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakkan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunyai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian besar berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badannya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak biasa digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir. Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.

2. Friction/Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertikal, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesek terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.

3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :
  • Jamming adalah teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
  • himneying adalah teknik memanjat celah vertikal yang cukup lebar (chimney). Badan masuk di antara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
  • Bridging adalah teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi senagai penjaga keseimbangan.
  • Lay Back adalah teknik memanjat pada celah vertikal dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini, jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik ke belakang dan kaki mendorong ke depan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Teknik-teknik lain yang sering digunakan dalam pendakian tebing adalah :
  • Hand Traverse adalah teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila tempat pegangan yang ideal sangat minim dan memanjat vertikal sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tergantung pada pegangan tangan. Sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih merata.
  • Mantelself adalah teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi, namun cukup besar dan dapat diandalkan untuk tempat berdiri selanjutnya. Kedua tangan dipergunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada, maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan, untuk mengangkat berat badan, yang dibantu dengan dorongan kaki.
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar, yaitu :
  • Mengamati, mengenal medan, dan menentukan lintasan/rute yang akan dilalui, baik secara keseluruhan maupun selangkah, yang sangat menentukan untuk langkah berikutnya. Permukaan tebing yang banyak memiliki tangga-tangga (teras kecil), tonjolan, lekukan, dan celah serta sudut (corner) merupakan lintasan-lintasan yang mungkin untuk dilalui.
  • Memikirkan teknik yang akan dipakai secara keseluruha maupun selangkah demi selangkah. Teknik tersebut merupakan pemikiran atau hasil pengamatan dari lintasan yang dilihat (apakah ada chimney, crack, dan sebagianya).
  • Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan.
  • Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang dibicarakan.

Dengan kegiatan dasar di atas kita dapat mengerti dan menyadari apa saja sesungguhnya masalah yang ada selama pendakian, sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan dan berlatih serta selalu mengembangkan kemampuan dengan lebih terarah dan efektif.
Ketika mulai mendaki dan sedang mendaki sering sekali kita dihadapkan pada tonjolan atau celah yang berbeda-beda jarak jangkauannya. Usahakan jangan menjangkau terlalu jauh, sehingga berat badan masih tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan. Gerakan yang terlalu cepat dan tergesa-gesa bisa berbahaya. Ketangkasan bergerak adalah hasil latihan yang teratur dan terarah, bukan dari ketergesa-gesaan.
Dalam pergerakan menyilangkan kaki akan dapat menghilangkan keseimbangan, dan biasanya sulit dilakuakan. Penting sekali selalu bergerak dengan 3 bagian anggota badan tetap pada tumpuan sementara 1 anggota badan mencari tumpuan baru. Gerakan ini dikenal dengan gerakan “tiga satu”. Sebelum bertumpu pada suatu pegangan, hendaknya selalu dicoba atau diperiksa terlebih dahulu, apakah kuat atau tidak menahan badan.

Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat

1. Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya ketrampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Dengan latihan yang baik, otot-otot tangan dan kaki akan cukup kuat dan terlatih. Begitu pula dengan keseimbangan badan dan gerakan-gerakan, akan terlatih dengan sendirinya. Disamping itu kita dapat memperkirakan kemampuan kita dan memperhitungkan lintasan yang akan dilalui. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman. Tali, carabiner, sling, chock, dan piton tetap dipakai, tetapi hanya berfungsi sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaannya, ia bergerak sambil memasang, jadi kalaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.

2. Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukannya degan segala risiko yang siap dihadapinya seorang diri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakuakan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk-bentuk pergerakan pada rute yang dilaluinya. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan atau pegangan. Sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Risiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar profesional yang akan melakukannya.

3. Artificial Climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dan lain-lainnya. Peralatan tersebut harus dipergunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai, misalnya menghadapi medan yang blank (tanpa ada tonjolan atau tumpuan). Peralatan berfungsi sebagai pengaman dan juga untuk mendapatkan tunpuan, pendakian dilakuakan secara berkelompok, pembagian tugas jelas antara leader dan belayer. Peralatan dan metode yang digunakan dimulai dari yang paling sederhana dan tepat. Kemampuan untuk bergerak cepat dan aman bukan disebabkan oleh adanya peralatan yang supermodern, tetapi lebih pada penggunaan teknik yang baik.

Sistem Pendakian
  1. Himalayan Style; Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang, sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim.
  2. Alpine Style; Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bisa membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).

B. Teknik Turun/Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepenuhnya bergantung pada peralatan. Prinsip rappeling adalah sebagai berikut :
  1. Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
  2. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
  3. Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.

Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling

  1. Body Rappel; Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang bergesekan akan terasa panas.
  2. Brakebar Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure 8). Pemakaiannya hampir sama, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
  3. Sling Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang dianjurkan adalah jenis Italian Hitch.
  4. Arm Rappel/Hesti; Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.
Dalam rappeling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
  1. Periksa dahulu anchornya.
  2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
  3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
  4. Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
  5. Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.
PERALATAN PENDAKIAN

1. Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Mengingat fungsi yang begitu penting, tali haruslah kuat. Kekuatan tali ini tergantung dari diameter (ukuran tali) dan pabrik pembuatnya. Dianjurkan, jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader da belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10 – 11 mm, tetapi sekarang ada tali pendakian yang mempunyai kekuatan sama, yang berdiameter 9,8 mm. Untuk penggunaan double rope digunakan tali dengan diameter 8 – 9 mm. Ada dua macam tali pendakian, yaitu :
  1. Static Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 2 – 5 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku. Umumnya berwarna putih atau hijau. Tali statik digunakan untuk rappeling.
  2. Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5 – 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna menyolok (merah, jingga, ungu). Pada penggunaannya, digunakan oleh pendaki pertama (leader) sebagai pengaman dan dipasang di pengaman-pengaman yang telah dipasang (chock, piton, dan sebagianya) dengan bantuan carabiner dan sling.
Perawatan tali adalah dengan menggantungkan atau disimpan di tempat kering. Bila basah, dikeringkan dengan diangin-anginkan, jangan terkena sinar matahari secara langsung. Apabila kotor, tali ini dapat dicuci dengan cara menggosok atau menyikat dengan sikat halus. Jangan sampai merusak mantelnya. Tali kernmantel masih dapat dipakai dalam pendakian apabila mantel pada tali masih utuh, sehingga bagian dalam masih terlindungi.

Hal yang berkaitan dengan tali pada pendakian adalah simpul. Simpul-simpul yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut
  • Mudah dibuat
  • Cepat untuk dikuasai
  • Aman (kuat) dan mudah untuk dibuka
Beberapa jenis simpul yang harus dikuasai :

2. Carabiner
Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D dan mempunyai gate yang berfungsi sebagai peniti. Dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan bervariasi sesuai dengan desain pabrik pembuatnya. Biasanya kekuatan suatu carabiner tercantum pada alat tersebut. Ada dua jenis carabiner, yaitu :
a. Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman)
b. Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada, sehingga jika pen suatu carabiner sudah longgar, sebaiknya jangan dipakai.


3. Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
  • Sebagai penghubung
  • Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
  • Mengurangi gaya gesek/memperpanjang point
  • Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.


4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan, terbuat dari alumunium alloy. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau untuk rappeling.

5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk naik pada tali.

6. Harnes/Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
  • Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
  • Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
  • Harnes ada yang dibuat dengan merangkai webbing atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.

7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
  • Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-celah. Contohnya : EB, Dolomite.
  • Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya Combat boot (sepatu tentara). Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Anchor adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada anchor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
  • aNatural Anchor, bisa merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagianya.
  • Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.


Peralatan-peralatan lain yang mendukung suatu pendakian


CLIMBING CALL (ABA-ABA PENDAKIAN)
Aba-aba pendakian digunakan agar ada kerja sama yang baik antara leader dengan belayer. Aba-aba pendakian meliputi :
  • Climbing when you’re ready
  • Climbing
  • OK
  • Take in
  • Slack
  • Rock
  • Fall
PROSEDUR PENDAKIAN
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
  2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
  3. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil/memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendirir dan pendaki berikutnya.
  4. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatuh. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
  5. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
  6. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang anchor.
  7. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

Read more...

Lambang Gerakan Pramuka

Jumat, 06 Agustus 2010

Lambang gerakan pramuka adalah tanda pengenal tetap yang mengkiaskan cita-cita setiap anggota Gerakan Pramuka.

Lambang tersebut diciptakan oleh Bapak Soehardjo Admodipura, seorang pembina Pramuka yang aktif bekerja di lingkungan Departemen Pertanian dan kemudian digunakan sejak 16 Agustus 1961. Lambang ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 06/KN/72 tahun 1972.



Bentuk dan Arti Kiasan

Bentuk lambang gerakan pramuka itu adalah Silhouette tunas kelapa. Arti kiasan lambang gerakan pramuka :

1.Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal, dan istilah cikal bakal di Indonesia berarti penduduk asli yang pertama, yang menurunkan generasi baru. Jadi lambang buah nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan bahwa tiap anggota pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

2.Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap anggota pramuka adalah seorang yang rohaniah dan jasmaniah sehat, kuat, dan ulet serta besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi pada tanah air dan bangsa Indonesia.

3.Nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan diri dalam mesy dimana dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga.

4.Nyiur tumbuh menjulang lurus ke atas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi di Indonesia. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, yakni yang mulia dan jujur, dan dia tetap tegak tidak mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.

5.Akar nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Jadi lambang itu mengkiaskan tekad dan keyakinan tiap pramuka yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan-landasan yang baik, benar, kuat dan nyata ialah tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.

6.Nyiur adalah pohon yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada kepentingan tanah air, bangsa dan negara Republik Indonesia serta kepada umat manusia.



Penggunaan Lambang

Lambang gerakan pramuka dapat digunakan pada panji, bendera, papan nama kwartir dan satuan, tanda pengenal administrasi gerakan pramuka. Penggunaan tersebut dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk mengingatkan dan meningkatkan kegiatan gerakan pramuka sesuai dengan kiasan yang ada pada lambang gerakan pramuka tersebut.

Read more...

Macam Tanda Pengenal Pramuka

Macam-macam Tanda Pengenal

a. Tanda Umum

Dipakai secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka yang sudah dilantik, baik putra maupun putri.

Macamnya : Tanda tutup kepala, setangan / pita leher, tanda pelantikan, tanda harian, tanda WOSM

b. Tanda Satuan

Menunjukkan Satuan / Kwartir tertentu, tempat seorang anggota Gerakan Pramuka bergabung.

Macamnya : Tanda barung / regu / sangga, gugusdepan, kwartir, Mabi, krida, saka, Lencana daerah, satuan dan lain-lain.



c. Tanda Jabatan

Menunjukkan jabatan dan tanggungjawab seorang anggota Gerakan Pramuka dalam lingkungan organisasi Gerakan Pramuka

Macamnya : Tanda pemimpin / wakil pemimpin barung / regu / sangga, sulung,pratama, pradana, pemimpin / wakil krida / saka, Dewan Kerja, Pembina, Pembantu Pembina, Pelatih, Andalan, Pembimbing, Pamong Saka, Dewan Saka dan lain-lain.



d. Tanda Kecakapan

Menunjukkan kecakapan, ketrampilan, ketangkasan, kemampuan, sikap, tingkat usaha seorang Pramuka dalam bidang tertentu, sesuai golongan usianya.

Macamnya : Tanda kecakapan umum / khusus, pramuka garuda dan tanda keahlian lain bagi orang dewasa.



e. Tanda Kehormatan

Menunjukkan jasa atau penghargaan yang diberikan kepada seseorang atas jasa, darma baktinya dan lain-lain yang cukup bermutu dan bermanfaat bagi Gerakan Pramuka, kepramukaan, masyarakat, bangsa, negara dan umat manusia.

Macamnya :

Peserta didik : Tiska, tigor, bintang tahunan, bintang wiratama, bintang teladan.

Orang dewasa : Pancawarsa, Darma Bakti, Wiratama, Melati, Tunas Kencana.

Read more...

Strategi Gerakan Pramuka

1. Meningkatkan citra Pramuka.
Hal ini diperlukan untuk dapat lebih dipahami dan sekaligus diminati oleh kaum muda untuk dapat ikut berpartisipasi didalamnya dan sekaligus dapat menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapi secara internal dan eksternal Gerakan Pramuka

2. Mengembangkan kegiatan kepramukaan yang sesuai karakteristik dan minat kaum muda.
Hal ini diperlukan karena Gerakan Pramuka pada hakekatnya kegiatan kaum muda yang memiliki karakteritik dan minat yang khas, dan sekaligus sebagai motivasi bagi anggota Pramuka dalam mengisi diri untuk selanjutnya dikembangkan melalui program Pramuka peduli sebagai bagian dari penjabaran program Pramuka secara menyeluruh.

3. Mengembangkan program Pramuka Peduli
Bahwa program kegiatan Pramuka Peduli, dimaksudkan untuk menciptakan kader yang memiliki watak dan jiwa patriotisme, memiliki integritas, moralitas dan ketrampilan sebagai bekal bagi kader Pramuka yang juga diarahkan pada pemantapan Pramuka sebagai kader bangsa.

4. Memantapkan organisasi, kepemimpinan dan sumberdaya Pramuka.
Bahwa untuk meningkatkan peran dan fungsi organisasi secara struktural diperlukan adanya konsolidasi yang baik dan teratur dan mendapatkan penyegaran organisasi sehingga dengan sendirinya akan berpengaruh pada kepemimpinan dan kesiapan sumber daya pramuka.

Read more...

Metode Kepramukaan

(1) Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:

a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;

b. Belajar sambil melakukan;

c. Sistem berkelompok;

d. Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan anggota dewasa muda;

e. Kegiatan di alam terbuka;

f. Sistem tanda kecakapan;

g. Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri;

h. Kiasan dasar;

(2) Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan.

(3) Metode Kepramukaan sebagai suatu sistem, terdiri atas unsur-unsur yang merupakan

subsistem terpadu dan terkait, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang

spesifik dan saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan.

Read more...

Kode Kehormatan

(1) Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut Satya dan Ketentuan Moral yang disebut Darma merupakan satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan.

(2) Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Janji yang disebut Satya adalah:

a. Janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan;

b. Tindakan pribadi untuk mengikat diri secara sukarela menerapkan dan mengamalkan janji;

c. Titik tolak memasuki proses pendidikan sendiri guna mengembangkan visi, mental, moral, ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisiknya, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat lingkungannya.

(3) Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Ketentuan Moral yang disebut Darma adalah:

a. Alat proses pendidikan sendiri yang progresif untuk mengembangkan budi pekerti luhur.

b. Upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong anggota Gerakan Pramuka menemukan, menghayati, mematuhi sistem nilai yang dimiliki masyarakat dimana ia hidup dan menjadi anggota.

c. Landasan gerak Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan melalui kepramukaan yang kegiatannya mendorong Pramuka manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong;

d. Kode Etik Organisasi dan satuan Pramuka, dengan landasan Ketentuan Moral disusun dan ditetapkan bersama aturan yang mengatur hak dan kewajiban anggota, pembagian tanggungjawab dan penentuan putusan.

(4) Kode Kehormatan Pramuka adalah Budaya Organisasi Gerakan Pramuka yang melandasi sikap, tingkah laku anggota Gerakan Pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi.
(5) Kode Kehormatan Pramuka bagi anggota Gerakan Pramuka disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya.

Read more...

Kiasan Dasar

(1) Penggunaan Kiasan Dasar, sebagai salah satu unsur terpadu dalam Kepramukaan, dimaksudkan untuk mengembangkan imajinasi, sesuai dengan usia dan perkembangannya yang mendorong kreativitas dan keikutsertaan dalam kegiatan. Kiasan Dasar tidak hanya menarik, menantang, dan merangsang tetapi harus disesuaikan dengan minat, kebutuhan, situasi dan kondisi anggota muda dan anggota dewasa muda.

(2) Kiasan Dasar disusun atau dirancang untuk mencapai tujuan, dan sasaran pendidikan dalam Kepramukaan untuk tiap golongan serta merupakan proses Metode Kepramukaan yang bersifat tidak memberatkan anggota muda dan anggota dewasa muda tetapi memperkaya pengalaman.

Read more...

Motto Gerakan Pramuka

Motto Gerakan Pramuka merupakan bagian terpadu proses pendidikan untuk mengingatkan setiap anggota Gerakan Pramuka bahwa setiap megikuti kegiatan berarti mempersiapkan diri untuk mengamalkan kode kehormatan Pramuka.

Motto Gerakan Pramuka adalah “ SATYAKU KUDARMAKAN DARMAKU KUBAKTIKAN “

Manfaat Motto Gerakan Pramuka terhadap Jiwa anggota Pramuka, antara lain :

1. Menanamkam rasa percaya diri.
2. Menambah semangat pengabdian pada masyarakat, bangsa dan negara.
3. Siap mengamalkan Satya dan Darma Pramuka.
4. Rasa bangga sebagai Pramuka.
5. Memiliki Buadaya Kerja yang dilandasi pengabdiannya.



Motto Gerakan Pramuka wajib dihayati dan selalu diingat bagi anggota Pramuka dalam merealisasikan pengamalan Satya dan Darma Pramuka dalam kehidupan sehari hari.

Untuk meningkatkan kebanggaan dan kekompakan dalam satuan Gerakan Pramuka (mis. Ambalan), disamping wajib menggunakan Motto Gerakan Pramuka juga diperbolehkan membuat motto Satuan di satuan masing-masing.

Read more...

Sistem Among

(1) Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara pembina dengan anggota muda dan anggota dewasa muda menggunakan sistem among.

(2) Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rokhani, dan pikirannya, disertai rasa tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.

(3) Sistem among mewajibkan anggota dewasa Gerakan Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut:

a. Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;

b. Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan;

c. Tut wuri handayani maksudnya dari belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan berperilaku berdasarkan:

a. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan rasa kesetiakawanan sosial.

b. Disiplin disertai inisiatif dan tanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggung-jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(5) Hubungan anggota dewasa dengan anggota muda dan anggota dewasa muda merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda dan anggota dewasa muda secara pribadi agar perhatian terhadap pembinaannya dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan kepramukaan.


(6) Anggota Dewasa berusaha secara bertahap menyerahkan pimpinan kegiatan sebanyak mungkin kepada anggota dewasa muda, sedangkan anggota dewasa secara kemitraan memberi semangat, dorongan dan pengaruh yang baik.

Read more...

Prinsip Dasar Kepramukaan

Sabtu, 31 Juli 2010

Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan

(1) Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain.

(2) Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan dua unsur proses pendidikan terpadu yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan.

(3) Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan dilaksanakan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, situasi, dan kondisi masyarakat.



PRINSIP DASAR KEPRAMUKAAN

(1) Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:

Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;

Peduli terhadap diri pribadinya;

Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi peserta didik dibantu oleh pembinanya, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

Menerima secara sukarela Prinsip Dasar Kepramukaan adalah hakekat pramuka, baik

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial, maupun individu yang menyadari bahwa diri pribadinya:

Mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai tata-cara dari agama yang dipeluknya serta menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama dengan makhluk lain yang juga diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, khususnya sesama manusia yang telah diberi derajat yang lebih mulia dari makhluk lainnya. Dalam kehidupan bersama didasai oleh prinsip peri kemanusiaan yang adil dan beradab.

Diberi tempat untuk hidup dan berkembang oleh Tuhan Yang Maha Esa di bumi yang berunsurkan tanah, air dan udara yang merupakan tempat bagi manusia untuk hidup bersama, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan rukun dan damai.

Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial serta memperkokoh persatuan, menerima kebhinnekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang/memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidupnya. Karena itu manusia wajib peduli terhadap lingkungan hidupnya dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

Read more...

Pokok Pokok Penjelasan dan Penjabaran Dasa Darma

Pokok-pokok Pengertian


1. Dasadarma adalah ketentuan moral. Karena itu, Dasadarma memuat pokok-pokok moral yang harus ditanamkan kepada anggota Pramuka agar mereka dapat berkembang menjadi manusia berwatak, warga Negara Republik Indonesia yang setia, dan sekaligus mampu menghargai dan mencintai sesame manusia dan alam ciptaan Tuhan Yang Mahaesa.

2. Republlik Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan falsafah Pancasila, Karena itu, rumusan Dasadarma Pramuka berisi penjabaran dari Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari.

3. Dasadarma yang berarti sepuluh tuntunan tingkah laku adalah sarana untuk melaksanakan satya (janji, ikar, ungkapan kata haaati). Dengan demikian, maka Dasadarma Pramuka pertama-tama adalah ketentuan pengamalan dari Trisatya dan kemudian dilengkapi dengan nilai-nilai luhur yang bermanfaat dalam tata kehidupan.



Penjelasan masing-masing Darma



1. Darma pertama: Takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa

1. Pendahuluan

Apa yang tercantum di dalam Trisatya tentang menjalankan kewajiban terhadap Tuhan dan yang terdapat dalam Dasadarma pertama sudah harus sedikit dibedakan bahwa:

Di dalam Trisatya, ungkapan itu merupakan janji (ikrar) seseorang yang diresapkan dalam hati atau dirinya sedangkan dalam hati atau dirinya sedngkan yang ada di dalam Dasadarma pertama adalah perwujudannya secara kongret dalam tingkah laku ataupun sikapnya,

Atau dengan kaata lain yang ada di dalam Trisatya itu merupakan sesuatu yang ada di dalam batin dan yang terdapat di dalam darma adalah yang tampak lahiriah. Oleh karena itu yang terdapat di dalam Dasadarma bukanlah suatu pengulangan, tetapi penekan



2. Pengertian

1.Takwa

1. Pengertian takwa adalah bermacam-macam, antara lain: bertahan, luhur, berbakti, mengerjakan yang utama dan meninggalakan yang tercela, hati-hati, terpelihara, dan lain-lain.

2. Pada hakekatnya takwa adalah usaha dan kegiatan seseorang yang sangat utama dalam perkembangan hidupnya. Bagi bangsa Indonesia yang berketuhanan Yang Mahaesa, yang menjadi tujuan hidupnya adalah keselamatan, perdamaian, persatuan dan kesatuan baik didunia maupun dikhirat, Tujuan hidup ini hanya dapat dicapai semata-mata dengan takwa kepada Tuhan Ynag Mahaesa, yaitu:

1. Bertahan terhadap godaan-godaan hidup, berkubu dan berperisal untuk memelihara diri dari dorongan hawa nafsu.

2. Taat melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan, mengerjakan yang baik dan berguna serta menjauhi segala yang buruk dan yang tidak berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat serta seluruh umat manusia.

3. Mengembalikan, menyerahkan kepada Tuhan segala darma bakti dan amal usahanya untuk mendapatkan penilaian; sebagaimana Tuhan menghendaki sikap ini merupakan sikap seseorang kepada pribadi lain yang dianggap mengatasi dirinya, bahkan mengatasi segala-galanya, sehingga seseorang menyatakan hormat dan baktinya, serta memuji, meluhurkan dan lain-lain terhadap pribadi lain yang dianggap Mahaagung itu,

2. Tuhan

Di sini kita dapat mencoba memahami pengertian kita tentang Tuhan baaik berpangkal dari kemanusiaan yang antara lain dianugerahi akal budi, maupun dari wahyu Tuhan sendiri yang terdapat dalam kitab suci yang diturunkan kepada kita melalui para Nabi/ Rosul.

1. Dari segi kemanusiaan (akal budi), Tuhan adalah zat yang ada secara mutlak yang ada dengan. Zat yang menjadi sumber atau sebab adanya segala sesuatu di dalam alam semesta (couse prima atau sebab pertama).

Karena itu, Dia tidak dapat disamakan atau dibandingkan dengan apa saja yang ada. Dia mengatasi, melewati, dan menembus segala-galanya.

2. Dari wahyu Tuhan sendiri yang dianugerahkan kepada kita melalui firman atau sabdaNya di dalam Kitab suci, kita dapat mengetahui bahwa Dia adalah pencipta Yang Maha Kuasa, Maha Murah, lagi Maha Penyayang Tuhan menjadikan alam semesta termasuk manusia tanpa mengambil suatu bahan atau menggunakan alat. Hanya kaarena afirman-Nya, alam semesta ini menjadi ada. Yang semula tidak ada menjadi ada, dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi dan luhur. Dari yang tiada bernyawa kepada yang bernyawa dan berjiwa, Dari hasil karya Tuhan itu, kita dapat mengenal segala macam sifat Tuhan yang melebihi dan mengatasi apa yang terdapat di dalam alam semesta ini, terutama dari wahyu Tuhan sendiri. Kita juga dapat memahami kegaiban Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak dapat membandingkan zat kodrat sifat Ilahi dengan yang ada dalam ala mini. Hal ini juga termasuk dengan sifat Tuhan Yang Mahaesa. Namun sebagai insane manusia, kita akan berusaha memahami apa arti esa pada Tuhan itu.

3. Esa= satu/tunggal.

Maksudnya bukanlah “satu” yang dapat dihitung. Satu yang dapat dihitung adalah satu yang dapat dibagi atau disbanding-bandingkan. Maka, satu atau esa pada Tuhan adalah mutlak. Satu/tunggal yang tidak dapat dibagi-bagi dan dibandingkan.

“Tiada Tuhan selain Allah”.



3. Berbicara tentang pengertian taakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa tidak dapat dipisahkan daari pengertian moral, budi pekerti, dan akhlak.

Moral, budi pekerti atau akhlak adalah sikap yang digerakan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia terhadap Tuhan, terhadap sesamamanusia, sesame makhluk, dan terhadap diri sendir. Akhlak terhadap Tuhan Yang Mahaesa meliputi cinta, takut, harap, syukur, taubat, ikhlas terhadap Tuhan, mencintai atau membenci kare Tuhan. Akhlak terhadap Tuhan Yang Mahaesa mengandung unsure-unsur takwa, berimankepada Tuhan Yang Mahaesa, dan berbudi pekerti yang luhur.

Akhlak terhadap sesame manusia atau terhadap masyarakat mencakup berbakti kepada orang tua, hubungan baik antara sesame, malu, jujur, ramah, tolong menolong, harga menghargai, memberi maaf, memelihara kekeluargaan, dan lain-lainnya. Akhalakterhadap sesame manusia mengandung unsur hubungan kemanusia mengandung unsure hubungan kemanusiaan yang baik akhlak terhadap sesama akhluk Tuhan yang hidup ataupun benda mati mencakup belas kasih, suka memelihara, beradab, dan sebagainya,

Akhlak terhadap sesame makhluk Tuhan mengandung unsure peri kemanusiaan.

Akhlak terhadap diri sendiri meliputi: memelihara harga diri, berani membela hak, rajin tanggungjawab, menjauhkan diri dari takabur, sifat-sifat bermuka dua sifat pengecut, dengki, loba, tamak, lekas putus asa, dan sebagainya.

Akhlak terhadap diri sendiri mengandung unsure budi pekerti yang luhur, berani mawas diri, dan mampu menyesuaikan diri.



3. Pelaksanaan

1. Sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka yang mengarahkan anak didik menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, dan juga karena falsafah hidup bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila, maka sudahseharusnyalah iman kepada Tuhan dari masing-masing anak didik itu diperdalama dan diperkuat.iman anak didik kepada Tuhan itu bellum cukup kalau hanya kita berikan pengajaran lisan/tertullis tanpa ada perwujudan kongkret dalam tingkah lakkku kehidupan anak didik.

Maka, apa yang diimani dari agama dan kepercayaan tentang Tuhan haruslah dijabarkan dalam sikap hidupnya yang nyata dan dapat dirasakan oleh llingkungannya, karena itu akan terdapat kepicangan apabila Gerakan Pramuka hanya dapat mengemukakan ajaran tentang takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa ini, tetapi kurang memberikan bimbingan dan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan darmanya yang pertama ini. Untuk mewujudkan cita-cita Gerakan Pramuka, dalam hal ini banyak caran dan metode yang dapat dilaksanakan, sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan anak didik dan kepercayaan masing-masing.

Cara atau metode dapaat berlainan, tetapi tujuannya kiranya hanya satu, ialah terciptanya manusia Indonesia yang utuh dan sempurna (Pancasilais).

Segala macam ketentuan moral/kebaikan yang tersimpan dalamajaran agama (seperti tertera dalam darma-darma yang berikut)seharusnyalah dikembangkan dalam sikap hidup anak didik. Darma-darma itu merupakan bentuk-bentuk perwujudan kongret dari takwanya kepada Tuhan di samping doa, sembahyang, dan bentuk peribadatan lain.

Sebagai Contoh.

Sikap cinta dan kasih saying, etia, patuh, adil, jujur, suci,dan lain-lain adalah merupakan pengejawantahan dan perwujudan dari ketakwaan seseorang kepada Tuhan. Sulit untuk mengatakan bahwa sebenarnya tidak jujur orang mengarahkan dia itu takwa kepada Tuhan, tetapi dalamhidupnya dia bertindak dan bersikap membenci, curang, tidak adil, dan sebagainya terhadap sesamanya.

2. Maka dari itu, dalam prakteknya, mengembangan ketakwaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dalam segala kegiatan kepramukaan mulai dari bermain dampai kepada bekerja sama dan hidup bersama.

Dalam kegiatan permainan, kita sudah dapat menamkan sifat-sifat jujur, patuh, setia dan tabah.

Kalau anak sudah dibiasakan bermaian seperti itu, maka dia akan berkembang menjadi pribadi yang baik, berwatak luhur dan berkepribadian.

Akhirnya, akan berguna bagi sesame manusia, masyarakat, bangsa dan negaranya. Semua ini tiada lain didasarkan pada takwanya kepada Tuhan.

3. Menuntun anak untuk melaksanakan ibadah,

4. Menyelenggarakan peringatan-peringatan hari besar agama.

5. Menghormati orang beragama lain.

6. Menyelenggarakan cermah keagamaan.

7. Menghormati orang tua.



2. Darma kedua: Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

a. Pengertian

1. Tuhan Yang Mahaesa telah menciptakan seluruh alam semesta yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuhan-tumbuhan, dan benda-benda alam.

Bumi, alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tersebut diciptakan Allah bagi kesejahteraan manusia.Karena itu, sudah selayaknya pemberian Allah ini dikelola, dimanfaatkan, dan dibangun.

Sebagai makhluk Tuhan yang lengkap dengan akal budi, rasa, karsa dan karya, serta dengan kelima inderia manusia patut mengetahui makna seluruh ciptaana-NYa.

Wajar dan pantaslah Pramuka, secara alamiah, melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa, dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang kepada sesama manusia dan sesama hidup serta menjaga kelestariannya.

Kelestarian benda alam, satwa, dan tumbuh-tumbuhan perlu dijaga dan dipelihara kaarena hutan tanah, pantai, fauna, dan flora serta laut merupakan sumber alam yang perlu dikembangan untuk menunjang kehidupan generasi kini dan dipelihara kelestariannya untuk kehidupan generasi mendatang.

Di samping itu, sebagai Negara kepulauan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan yang sekaligus memelihara kelestarian sumber ala mini dengan menanggulangi pencemaran laut, perawatan hutan, hutan bakau dan hutan payau, serta pengembangan budi daya laut menduduki tempat yang penting pula.



2. Yang dimaksud dengan cinta dan kasih saying apabila manusia dapat ikut merasakan suka dan derita alam sekitarnya khususnya manusia. Kelompok-kelompok manusia ini merupakan bangsa-bangsa dari Negara yang terdapat di dunia ini. Bila kita ingindan mau mengerti dan bergaul dengan bangsa lain maka rasa kasih sayanglah yang dapat mendekatkan kita dengan siapa pun. Dengan demikian, akan terciptalah perdamaian dan persahabatan antar manusia maupun antar bangsa.

Khususnya sebagai seorang Pramuka menganggap Pramuka lainnya baik dan Indonesia maupun dari bangsa lain sebagai saudaranya kaarena masing-masing mempunyai satya dan darma sebagai ketntuan moral. Pramuka Indonesia yang bertujuan menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur sudah sepantasnyalah jika ia berusaha meninggalkan watak yang dapat menjauhkan ia dengan ciptaan Tuhan lainnya dengan memiliki sifat-sifat yang penuh rasa cinta dan kasih saying.



3. Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan sila kedua dari Pancasila



b. Pelaksanaan dalam hidup sehari-hari.

1) Membawa peserta didik kea lam bebas kebun raya agar mengetahui dan mengenal berbagai jenis tumbuhn-tumbuhan, Anjurkanlah kepada meereka memelihara tenaman di rumah masing-masing. Hal ini dapat dijadikan persyaratan untuk mencapai tanda kecakapan khusus.

2) Begitu pula halnya sikap kita terhadap binatang, perkenalakan peserta didik dengan sifat masing-masing jenis binatang untuk mengetahui manfaatnya. Anjurkan juga memelihara dengan baik binatang yang mereka miliki.



1.Kasih sayang sesama manusia tidak lepas dari perwujudan kerendahan diri manusia sebagai makhluk terhadap keagungan pencipta-Nya. Ketakwaan kita kepada Tuhan Yang Mahaesa wajib dihayati sepanjang hidup. Di samping itu, perlu membangun watak utama antara lain, tidak mementingkan diri pribadi, menghargai orang lain meskipun tidak sebangsa dan seagama. Demikian pula, bersaudara dengan Pramuka sedunia.



2.Siapa pun yang kita kenal dan kita dekaaaaati lambaat-laun akan timbul rasa cinta alam dan kasih saying sesama manusia. Rasa inilah yang dapat menggugah rasa dekat dengan Alkhalik, karena tidak terhalang oleh rasa benci, marah dan sifat-sifat yang tidak terpuji, dengan demikian, kita menyadari keagungan Tuhan Yang Mahaesa.



3. Darma Ketiga : Patriot yang sopan dan ksatria

a. Pengertian

1. Patriot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara Reoublik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik, berbakti, setia dan siap siaga membela tanah airnya.

2. Sopan adalah tingkah laku yang halus dan menghormati orang lain. Orang yang sopan bersikap ramah tamah dan bersahabat bukan pembenci dan selalu disukai orang lain.

3. Ksatria adalah orang yang gagah berani dan jujur. Ksatria juga mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani dan jujur. Jadi, kata ksatria mengandung makna keberanian, kejujuran, dan kepahlawanan.

4. Seorang Pramuka yang mematuhi darma ini, bersma-sama dengan warga Negara yang lain mempunyai satu kata hati dan satu sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.

5. Darma ini adlah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila ketiga.



b. Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari

1. Membiasakan dan mendorong anggota Pramuka untuk:

1. menghormati dan memahami serta menghayati lambing Negara, bendera sang Merah Putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

2. mengenal nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sepeerti kekeluaargaan, gotong-royong, rmah tamah, religious, dan lain-lain.

3. Mencintai bahasa, seni budaya, dan sejarah Indonesia.

4. Mengerti, menghayaati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila.



2. Mengenal adapt-istiadat suku-suku bangsa di Indonesia.

3. Mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan diri pribadi. Selalu membantu dan membela yang lemah dan yang benar.

4. Membiasakan diri berani mengakui kesalah dan membenaarkan yang benar.

5. Menghormati orng tua, guru dan pemimpin.



4. Darma keempaat: Patuh dan suka bermusyawarah.



1. Pengertian

1.
1. Patuh berarti setia dan bersedia melakukan sesuaaatu yang sudah disepakati dan ditentukan.
2. Musyawarah adalah laku utama seorang democrat yang menghormati pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semau sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan yang menyangkut orang lain, seorang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi.
3. Darma adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila keempat.



2. Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari

1.
1. Membiasakan diri untuk menepati janji, mematuhi peraturan yang ditetapkan di gugusdepan dan mematuhui peraaaaturan di RT/RK, kampung dan desa, sekolah dan peratur perundang-undangan yang berlaku.

Misalnya, setia mengikuti latihan membayar iuran, menaati peraturan lalu llintas dan lain-lain.

1.
1. Belajar mendengar pendapat orang, menghargai gagasan orang lain.
2. Membiasakan untuk merumuskan kesepakatan dengan memperhaaatikan kepentingan orang banyak
3. Membiasakan diri untuk bermusyawarah sebelum melaksanakan suatu kegiatan (misalnya akan berkemah, widyawisata dan lain-lain.



5. Darma kelima: Rela menolong dan tabah

a. Pengertian

1. Rela atau ikhlas adalah perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untung dan rugi (tanpa pamrih). Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Dengan maksud, agar orang yang ditolong itu dapat menyelesaikan maksudnya atau kemudian mampu merampungkan masalah seta tantangan yang dihadapi.

2. Tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu.

3. Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila kelima.



b. Pelaksanaan dalam Hidup sehari-hari

1. Membiasakan diri cepat menolong kecelakaan tanpa diminta

2. Membantu menyeberang jalan untuk orang tua, wanita.

3. Memberi tempat di tempat umum kepada orang tua dan wanita.

4. Membiasakan secara bertahap untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari di rumah, dan dimasyarakat..



6. Darma keenam : Rajin, terampil, dan gembira

a. Pengertian

1. Rajin

Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain kaarena ia diciptakan mempunyai akal budi. Dengan demikian harus mengmbangkan diri dengan membaca, menulis, dan belajar, Dengan perkataan lain, ia menjalani proses kodrati dalam mendidik diri.

Lebih-lebih lagi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah melejit demikian cepat, maka menjadi kewajiban kita semua untuk mendorong anak didik (juga orang dewasa) untuk selalu rajin belajar, selalu berusaha dengan tekun, senantiasa tetap mengembangkan dirinya, dan selalu tertib melaksanakan tugas.

2. Terampil

Setiap manusia haarus beeerupaya untuk dapat berdiri di atas kaki sendiri. Untuk hal itu, yang menjadi syarat utama adalah keahlian dan keterampilan serta dapat mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik.

3. Gembira

Manusia itu hidup dan menghidupi dengan mencari jalan bagaimana hidup yang baik. Untuk itu ia harus bekerja mencari nafkah, dan bersama-sama dengan orang lain ia bekerja sama.

Banyak kesulitan, rintangan, dan hambatan yang dihadapi. Dan tantangan ini akan diatasi dengan dorongan motivasi yang kuat. Suatu upaya untuk mendapat motivasi ini adalah manusia harus dapat berfikir cerah, berjiwa tenang, dan seimbang.

Hal ini dapat dicapai bila manusia selalu mencari hal-hal yang positip dan optimistis.

Sikap ppositip, optimis ini diperoleh dengan laku yang riang sehingga menimbulkan suasana gembira. Kegembiraan adalah perasaan senang dan bangga yang menimbulkan kegiatan dan bahkan rasa keberanian.

4. Rajin, terampil, dan gembira perlu selalu diterapkan dalam setiap usaha dan kegiatan.



b. Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-haari

1) Rajin

1.Biasakan membaca buku yang baik.

2.Biasakan untuk membuaat karya tulis.

3.Selenggarakan diskusi-diskusi untuk belajar; mengolah pikiran, mengemukakan pendapat.

4.Tentukan jadwal harian yang tetap untuk belajar.

Belajar selama dua jam sehari adalah layak.

5.Atur kegiatan dengan menyesuaikan dengan kegiatan di sekolah, di rumah dan Gerakan Pramuka.

6.Membiasakan untuk menyusun jadwal kegiatan sehari-hari.



2) Bekerja

1. Jelaskan bahwa dibalik kesulitan, kegagalan, dan kekewaan selalu terdapat hal-hal yang baik dan berguna.

2. Biasakan bekerja menurut manfaat dan disesuaikan dengan kemampuan.

3. Jangan terlula cepat menegur, mengkertik atau menyalahkan orang lain.

4. Hargai dan atonjolkan suatu prestasi kerja.

5. Berikan beban dan tugas yang terus berkembang.

6. Berusaha untuk bekerja dengan rencana.

7. Bergembiralah dalam tiap usaha.

8. Selesaikan setiap tugas pekerja, jangan tunda sampai esok hari.



3) Terampil

1. Pilihlah suatu jenis kemahiran dan keahlian yang sesuai dengan bakat.

2. Latih terus-menerus.

3. Jangan cepat puas setelah selesai mengerjakan sesuatu.

4. Mintalah tuntunan dari orang yang lebih berpengalaman.

5. Jangan menolak tugas pekeerjaan apa pun yang diberikan pada Saudara.

Laksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada.



7. Darma ketujuh: Hermat, cermat, dan bersahaja

a. Pengertian

1) Hemat

1. Hemat bukan beraaati “kikir” tetapi lebih terarah kepada dapatnya seorang Pramuka melakukan dan mengunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya.

2. Secara rohaniah, dapat berarti suatu usaha memerangi hawa nad\fsu manusia dari keinginan berlebihan yang merugikan diri sendiri dan orang lain; (uang, mendisiplinkan diri sendiri).

Menghemat bukan berarti a social tapi untuk lebih memungkinkan dalam memberi kemungkinan usaha social ke pihak lain, (luang, tenaga, waktu dan sebagainya) yang lebih menguntungkan.

3. Secara material, dapat berarti memanfaaatkan sesua(materi) menurut keperluan sehingga usaha tidak berguna dapat dibendung sehingga dapat berguna bagi dia sendiri dan ornag lain.



2) Cermat

Cermat lebih berarti “ teliti” sikap lakku seorang Pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (introspeksi) maupun yang datangnya dari laur dirinya sehingga ia senantiasa waspada.

Hal ini dapat dilakukan melalui proses berfikir, mengitung, dan mempertimbangkan segala sesuatu, untuk berbuat. Seorang Pramuka harus cerdas, terampil agar ia senantiasa terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

Ia harus berusaha untuk berbuat sesuatu dengan terencana dan yang bermanfaat.



3) Bersahaja

Hal ini lebih berarti, sederhana kesederhanaan yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga dapat memberi kemungkinan penggambaran jiwa untuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup dengan apa yang didapat secaara halal tanpa merugikan diri sendiri dan ornag lain. Ia harus dapat menyerasikan antara keinginkan dan kemampuan, Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu yang sebenarnya.



b. Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari

1.
1. Menggunakan waktu dengan tepat ke sekolah, tidur, makan, latihan dan sebagainya.
2. Tidak ceroboh.
3. Bertindak dengan teliti pada waktu yang tepat agar ia tidak dirusakkan oleh keinginan jahat dari luar.
4. Sadar akan dirinya sebagai suatu pribadi.
5. Berpakaian yang sederhana tanpa perhiasan yang berlebihan-lebihan
6. Meneliti sahulu sebellllum berbuat sesuaatu agar terjadi ketepatan di dalam pelaksanaannya.
7. Penggunaan listrik (siang hari dimatikan).
8. Pengguna air tidak terbuang percuma.
9. Memeriksa pekerjaan sebellllum diserahkan kepada Pembina.
10. Menggunakan uang jajaan dengan hemat.
11. Membiasakan anak belanja kewarung dan pasar dengan teratur.
12. Memberi anak tanggung jawab untuk tugs di rumah dan lain=lain.
13. Membiasakan untuk menabung
14. Bekerja berdasarkan manfaat dan rencana

.

8. Darma kedelapan: Disiplin, berani dan Setia

a. Pengertian

1. Disiplin dalam pengertian yang luas berarti paaaaaatuh dan mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan.

2. Dalam pengertian yang lebih khusus, disiplin berti mengekang dan mengendalikan diri.

3. Berani adalah suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan.

4. Setia berarti tetap pada suatu pendirian dan ketentuan.

5. Dengan demikian, maka berdisiplin tidak secara membabi buta melaksanakan perintah, ketnetuan dan peraturan, sebagai manusia ciptaan Tuhan, seseorang harus berani berbuaaaat berdasarkan pertimbangan dan nilai yang lebih tinggi.

b. Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-haaaari

1. Berusaha untuk mengendalikan dan mengaaaatur diri (self disiplin).

2. Mentaati peraaturan.

3. Menjalani ajaran dari ibadah agama,

4. Belajaaar untuk menilai kenyataan, bukti dan kebenaran suatu keterangan (informasi).

5. Patuh dengan pertimbangan dan keyakinan.





9. Darma kesembilan: Bertanggungjawab dan dapat dipercaya

a. Pengertian dan Pelaksanaan dalan Hidup sehari-hari.

1.Yang dimaksud dengan bertanggungjawab ialah:

Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perinnntah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggungjawab terhadap Negara, bangsa, masyarakat dan keluarga misalnya :

1. Segala sesuatu yng diperintahkan kepadanya, harus dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab.

2. Segala sesuatu yang dilakukan atas kehendak sendiri dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab.

3. Pramuka harus berani bertanggungjawab atas suatu tindakan yang diambil, di luar perintah yang diberikan kepadanya karena perintah tersebut tidak dapat atau sulit dilaksanakannya,

4. Seorang Pramuka tidak akan mengelakkan suaatu tanggungjawab dengan suatu alasan yang dicari-cari,

Tujuannya adalah mendidik dan memasukkan suaaatu tanggungjawab yang besar kepadanya.

2. Yang dimaksud dengan dapat dipercaya ialah: Pramuka itu dapat dipercaya, baik perkataannya maupun perbuatannya.

Misalnya:

1. Dapat dipercaya itu berarti juga jujur, yaitu jujur terhadap diri sendiri, terhadap anak didik dan terhadap orang lai n terutama yang menyangkut uang, materi dan lain-lain.

2. Pramuka dapat dipercaya atas kata-katannya, perbuatannya dan lain sebagainya, apa yang dikatakannya tidaklah suaaatu karangan yang dibuat-buat.

3. Apabila ia ditugaskan untuk melaksanakan sesuatu, maka ia dapat dipercaya bahwa ia pasti akan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

4. Dalam kehidupan sehari-hari dimana dan kapan pun juga Pramuka dapat dipercaya bahwa ia tidak akan berbuat sesuatu yang tidak baik, meskipun tidak ada orang yang tahu atau yang mengawasinya.

5. Selalu menepati waktu yang sudah ditentukan,

Tujuan adalah mendidik Pramuka menjadi oarnag yang jujur dan yang dapat dipercaya akan segalati ngkah lakunya.



10. Darma kesepuluh : Suci dalam pikiran Perkataan dan perbuatan

a. Pengertian

1. Seorang Pramuka dikatakan matang jiwanya, bila Pramuka itu dalam setiap tingkah lakunya sudah mengambarkan laku yang suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan

2. Suci dalam pikiran berate bahwa Pramuka tersebut selalu melihat dan memikirkan sesuatu itu pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran ke arah yang tidak baik.

3. Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur seerta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan oeng lain.

4. Suci dalam peerbuatan sebagai akibat dari pikiran dan perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan Negara, bangsa, agama dan keluarga.

5. Dengan selalu melakukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci akan menimbulkan pengertian dan kesadaran menurut siratan jiwa Pramuka sehingga Pramuka itu memukan dirinya sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka Antaranya: “…. Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, tinggi metal-moral budi pekerati dan kuat keyakinan beragamanya…”

b. Pelaksanaan dalam Hidup Sehari-hari

1. Seorang Pramuka selalu menyumbangkan pikirannya yang baik, tidak berprasangka, dan tidak boleh mempunyai sikap-sikap yang teercela dan selalu menghargai pemikiran-pemikiran orang lain. Sehingga timbul salaing haarga menghargai sesame manusia dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Seorang Pramuka akan selalu berhati-hati dan berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan diri aterhadap ucapannya, dan menjauhkan diri dari perkataan-perkataan yang tidak pantas dan menimbulkan ketidak percaayaan orang lain.

3. Seorang Pramuka akan menjadi contoh pribadi dalam segala tingkah lakunya dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang jelek yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.

4. Setiap Pramuka mempunyai pegangan hidup yaitu agama, jelas di sini bahwa Pramuka itu beragama bukan hanya dalam pikiran dan perkataan belaka, tetapi keberagamaan Pramuka tercermin pula dalam perbuatan yang nyata.

5. Usaha agar Pramuka itu satu dalam kata dan perbuatannya.

Read more...

Postingan Terbaru

Cool Purple Outer Glow Pointer

Komentar Terbaru

  © Web template by muhlisin 2010

candra birawa - padma pertiwi